O.... iya ya.... bisa aja tuh bapak.
Sahibul
hikayat ada sebuah keluarga "Eskimo",
suami-isteri, punya anak laki- laki dan baru saja
mempunyai mantu perempuan orang "jawa". Suatu
hari si Ibu pergi ke pasar, si anak laki-laki pergi
kerja, tinggal si mantu perempuan nunggu rumah dengan
bapak mertuanya (pensiunan). Saking ngebetnya lihat
perempuan jawa, selagi si mantu perempuan bobok bobok
siang, sang mertua laki ngiler, masuk kekamar mantu
perempuannya, menggerayangi mantu perempuan tetapi hanya
sebatas "mentil" (baca: ngenyot susu jowo). Si
mantu perempuan tersentak tetapi tidak berani teriak
karena (pikirnya) mungkin ini kebiasaan adat eskimo.
Setelah suami pulang, si isteri lapor kepada suami
tentang perilaku ayahnya. Si anak laki-laki
tergopoh-gopoh menemui sang ayah, memelototi si ayah
(dengan berkacak pinggang, suara bernada marah dan kesal)
sambil berkata: "Ayah tidak seharusnya berbuat hal
yang tidak senonoh, mengecupi puting isteri saya!".
Si ayah menjawab dengan logat irian yang kental (sudah
diterjemahkan):" Lah nak, kamu itu gimana, wong
waktu kecil dulu kamu itu juga mencucup puting istri-ku
berkali-kali, malah setiap hari lagi, aku juga nggak
marah koq ..... ini baru sekali saja.. kamu sudah
kebakaran jenggot!!!! Si anak berpikir sebentar, dan
membenarkan argumen itu dan ngeloyor geli.